Minggu, 13 November 2011

Mengapa Kita Harus Peduli Diabetes?

Pada tanggal 14 November 2007 lalu United Nation (Perserikatan Bangsa-Bangsa) melalui WHO dan IDF beserta usaha dari pakar-pakar dunia telah menentukan hari tersebut sebagai The First World Diabetes Day (WDD) dan menerbitkan suatu Panduan Praktis untuk Membantu Mencapai Resolusi PBB pada Diabetes. Tema WDD pertama adalah “No Child Should Die of Diabetes”. Sebagai bentuk pengenalan kepada masyarakat dunia dibuat suatu kampanye global atas WDD ini.

Sampai saat ini masih banyak orang yang mengganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang timbul karena faktor keturunan. Padahal, setiap orang mungkin menjadi pasien diabetes, tua ataupun muda, termasuk Anda.
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah diabetes melitus (DM). Pada tahun 2006 diperkirakan terdapat 14 juta orang dengan diabetes, tetapi baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.

Diabetes (kencing manis) adalah penyakit di mana tubuh penderitanya tidak bisa mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Jadi penderita mengalami gangguan metabolisme dari distribusi gula oleh tubuh sehingga tubuh tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tidak mampu menggunakan insulin secara efektif. Akibatnya, terjadi kelebihan gula di dalam darah sehingga menjadi racun bagi tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan dalam darah tersebut melimpah ke sistem urine.
Diabetes adalah penyebab utama kebutaan, amputasi, kanker pankreas, stroke, serangan jantung dan ginjal.
” Bahkan DM membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/AIDS.”
Celakanya, menurut Prof.Dr.Sidartawan Soegondo, dr,SpPD,KEMD dari Pusat Diabetes Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, diabetes tidak punya gejala fisik khusus, sehingga penderita tidak menyadari datangnya penyakit ini.
“Biasanya yang dikeluhkan hanya rasa lelah, jika pasien berobat, dokter jarang yang langsung mengukur gula darahnya,” ujarnya.
Gejala lain yang timbul pada penderita antara lain penglihatan kabur hingga mengakibatkan kebutaan, luka yang lama sembuh, kaki terasa kebas, geli atau merasa terbakar, infeksi jamur pada saluran reproduksi perempuan, dan impotensi pada pria.

Risiko tinggi
Jumlah penderita diabetes di daerah perkotaan di Indonesia pada tahun 2003 adalah 8,2 juta orang, sedangkan di daerah pedesaan 5,5 juta orang. Diperkirakan, 1 dari 8 orang di Jakarta mengidap diabetes. Tingginya jumlah penderita di daerah perkotaan, antara lain disebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakatnya.

“Saat penghasilan cukup, orang jadi makan secara berlebihan. Selain itu minimnya aktivitas fisik membuat orang jadi kegemukan. Kemana-mana tinggal naik mobil, di ujung gang pun sekarang banyak ojek, akhirnya makin sedikit orang yang jalan kaki,” papar Sidartawan.
Mereka yang memiliki risiko tinggi terkena diabetes adalah yang memiliki riwayat keluarga mengidap diabetes, memasuki usia di atas 40 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, selain tentu saja pola makan yang salah.
“Jika kita termasuk dalam satu atau dua dari faktor risiko tersebut, paling tidak lakukan tes gula darah setahun sekali, ini karena risiko diabetes setiap tahunnya meningkat 30 persen” ungkap Sidartawan.

Karena diabetes sulit disembuhkan sepenuhnya, sudah saatnya kita melakukan tindakan pencegahan, antara lain tidak makan berlebihan, menjaga berat badan, dan rutin melakukan aktivitas fisik.
Bagi penderita DM, lakukan konsultasi secara berkala dengan dokter, selain itu dituntut sikap disiplin dan kepatuhan dalam mengonsumsi obat maupun suntik insulin agar tidak terjadi komplikasi penyakit.

Olahraga juga dapat secara efektif mengontrol diabetes, antara lain dengan melakukan senam khusus diabetes, berjalan kaki, bersepeda, dan berenang. Diet dipadu dengan olahraga merupakan cara efektif mengurangi berat badan, menurunkan kadar gula darah, dan mengurangi stres.
Latihan yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah, kolesterol, dan risiko terkena serangan jantung, serta memacu pengaktifan produksi insulin dan membuatnya bekerja lebih efisien.
Source: Kompas.com

Senin, 07 November 2011

Selamat Idul Adha

Selamat Hari Raya Idul Adha 1432 H :)
Salam Gizi Sehat Luar Biasa

Rabu, 02 November 2011

Sakit Kepala, Tanda Tubuh Kurang Cairan

Ada banyak hal berbeda yang menyebabkan seseorang mengalami sakit kepala seperti perubahan tiba-tiba dalam diet (makan), terlalu banyak tidur, stres, jam kerja yang lama, lupa makan, mabuk, menonton TV di kamar gelap atau menggunakan komputer untuk waktu yang lama tanpa istirahat. Tetapi, banyak orang tidak menyadari bahwa sakit kepala sebenarnya adalah gejala dari dehidrasi.

Selain oksigen, air merupakan elemen terpenting yang diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Kita dapat bertahan hidup tanpa makan selama hampir dua bulan, tetapi tanpa air mungkin hanya beberapa hari saja. Kebanyakan orang tidak tahu berapa banyak kebutuhan air yang harus mereka dapatkan. Bahkan, banyak diantaranya yang hidup dalam keadaan dehidrasi.

Air adalah kunci kehidupan, baik di bumi dan bagi tubuh manusia. Sama seperti bumi, dimana 70 persennya merupakan air dan 30 persen tanah, tubuh manusia adalah versi miniatur dari itu.

Dehidrasi merupakan kondisi hilangnya air dan elektrolit seperti sodium, klorida dan kalium, yang diperlukan bagi tubuh untuk menjalankan fungsinya dan baik untuk kesehatan. Penyebab utama dehidrasi umunya karena seseorang tidak minum cukup air.

Sakit kepala tidak dapat sembuh dengan sendirinya. Sakit kepala adalah tanda yang memberitahu kita bahwa ada sesuatu yang salah, namun tubuh kita tidak selalu memberikan sinyal yang jelas dan memberitahu apa yang kita harus dilakukan. Ketika tubuh sedang dehidrasi, kita tidak selalu merasa haus, tapi paling sering adalah sakit kepala.

Kebanyakan orang dewasa memerlukan antara sekitar 2 liter air atau lebih setiap hari tergantung dari aktivitas, berat dan tinggi badan, serta gaya hidup. Namun, rekomendasi selama ini menganjurkan, untuk memenuhi kebutuhan cairan, seseorang harus minum minimal delapan gelas sehari.

Jadi, jika Anda mengalami sakit kepala, cobalah minum air sampai rasa sakit di kepala Anda hilang. Karena ia akan bekerja bak ramuan ajaib. 



Source : fajar.co.id

Jangan 'Kalap' Santap Daging Kurban


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebentar lagi kita merayakan  Hari Raya Idul Adha. Seperti biasa, jika Anda berkurban, Anda akan mendapat bagian daging kurban.
Namun ingat, mengonsumsi daging berlebihan dan ditambah tidak memperhatikan waktu yang tepat dalam mengkonsumsinya dapat membawa dampak yang tidak sehat untuk pencernaan kita.  
Praktisi Klinis, dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH  MMB menjelaskan daging mengandung zat gizi terutama protein  dan lemak hewani. Kedua zat gizi ini merupakan zat gizi penting untuk tubuh kita.
Menurut Konsultan Gastroenterologi RSCM ini, masalah akan timbul jika daging ini dikonsumsi berlebihan dan juga dengan waktu yang tidak tepat. Berbagai penyakit pencernaan akan tercetuskan setelah kita mengonsumsi daging yang berlebihan baik ganggguan pada saluran cerna atas maupun gangguan saluran cerna bawah. Salah satunya penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux Disease).
GERD merupakan salah satu penyakit yang bisa terinduksi akibat makan lemak yang berlebihan dalam waktu singkat. Saat ini, lanjutnya, penyakit ini ditemui sekitar 20 persen dari kasus pasien dengan sakit maag yang diendoskopi saluran cerna atas.
Pasien dengan GERD biasanya merasakan panas pada dada seperti terbakar (heart burn). Pasien GERD juga merasakan ada sesuatu yang balik arah dari lambung naik ke atas (regurgitasi), dan mulut terasa pahit. "Pasien dengan GERD bisa merasakan keluhan lain seperti nyeri di ulu hati, kembung, begah dan sering sendawa," katanya.
Ari menjelaskan beberapa tips agar kita terhindar dari GERD tetapi tetap mengonsumsi daging, yakni jangan mengonsumsi daging secara berlebihan dalam waktu singkat. Selain itu, jangan tidur dalam waktu dua jam setelah makan.  “Langsung tidur setelah makan akan memudahkan isi lambung termasuk asam lambung akan berbalik arah kembali ke kerongkongan,” ungkapnya.

sumber : republika