Sabtu, 06 Agustus 2011

Puasa dan Food Combaining

Puasa dan Food Combaining

Kita sudah sering mendengar dan mungkin merasakan manfaat dari berpuasa dalam kaitannya dengan kesehatan tubuh. Salah satu yang sering didengung-dengungkan adalah detoksifikasi, yang baru populer beberapa tahun belakangan, padahal puasa sendiri merupakan teori tertua tentang tindakan detoksifikasi (pembuangan racun-racun) tubuh ini. Berhenti makan dan minum selama beberapa jam terutama saat melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan ini akan bermanfaat untuk membuat tubuh secara otomatis melaksanakan detoksifikasi tersebut, namun yang harus diingat juga, proses ini tak bisa dipisahkan dari suatu pola yang dikenal dengan food combining. Bukan hanya pada saat tak berpuasa, food combining juga merupakan hal penting di saat kita melaksanakan ibadah puasa, agar manfaat puasa dalam hubungannya dengan detoksifikasi tadi bisa berjalan dengan baik.

Salah Kaprah Memilih Makanan
         Tak jarang, puasa menempatkan para pelakunya ke dalam suatu posisi yang serba kalap untuk memenuhi kebutuhan gizi yang terhenti selama beberapa jam. Yang terjadi akhirnya adalah kita sendiri menjadikan tubuh kita sebagai lemari penyimpanan dengan isi yang berlebihan. Di saat sahur, seringkali orang akan makan dalam porsi sebanyak-banyaknya dengan persepsi bahwa makanan banyak tadi akan membuatnya dapat bertahan segar selama berpuasa hingga waktu berbuka. Begitu juga di saat berbuka. Seringkali orang menjejali dirinya sendiri dengan berbagai macam penganan tanpa khawatir akibatnya. Persepsi ini merupakan persepsi yang sama sekali tak bisa dibenarkan meskipun banyak orang masih menganutnya. Secara simpel, pola makan menimbun seperti itu sebenarnya hanya akan menyulitkan kerja pencernaan, dimana akibat terjeleknya adalah tubuh menjadi lemas karena kerja organ pencernaan yang membutuhkan juga energi berlebih untuk melaksanakan fungsinya. Jenis makanan juga merupakan suatu aspek yang sangat perlu diperhatikan. Berdasarkan kebutuhan zat gizi utama, sebenarnya pemilihan menu tak bisa begitu saja dilaksanakan berdasarkan selera makan kita. Untuk bisa mengerti proses-proses ini secara sedikit lebih detail, mungkin ada baiknya mengetahui terlebih dahulu siklus alami tubuh dalam hal pencernaan ini.

Siklus Pencernaan
         Dalam 24 jam irama biologis tubuh yang sudah diatur dengan sendirinya, sebagian ahli gizi membaginya dalam tiga siklus dimana pukul 04.00-12.00 adalah siklus pembuangan (pembuangan sampah makanan), pukul 12.00-20.00 dalam fase pencernaan dimana zat-zat makanan akan diproses tubuh dan pukul 20.00-04.00 memasuki fase penyerapan dimana sari-sari makanan akan diserap oleh tubuh untuk dipergunakan sesuai keperluannya. Dalam melaksanakan tiap siklus pencernaan ini, energi tubuh juga biasanya akan dipusatkan untuk membantu organ yang secara spesifik bekerja untuk tugasnya. Berdasarkan siklus normal ini, pada saat makan sahur sebenarnya kita tidak dianjurkan untuk mengisi perut dengan makanan dan minuman secara berlebihan, karena siklus yang sedang berada pada pengambilan sari makanan dan pembuangan di tahapan selanjutnya sedang mengkonsentrasikan energi tubuh untuk tindakan tersebut. Siklus ini akan sedikit terbebani di saat kita makan terlalu banyak sehingga pencernaan menjadi tidak optimal. Akibatnya antara lain akan membuat badan menjadi lemas sedangkan kita perlu cadangan energi untuk tetap bugar hingga saat berbuka tiba.

Pemilihan Makanan dalam Food Combining
Hal diatas berhubungan langsung dengan pemilihan makanan di dalam teori food combining tersebut. Tanpa harus mengganggu siklus, kita tetap dapat makan dan minum secukupnya ketika sahur, namun dengan memilih makanan yang tergolong ringan dan tidak menjadi beban bagi pencernaan, namun harus diingat juga, pemilihan makanan tersebut berdasarkan perhitungan zat gizi haruslah cukup meng-cover kegiatan aktifitas kita selama berpuasa. Makanan seperti jus atau buah-buahan langsung asalkan yang tidak terlalu manis seperti nangka menjadi alternatif pilihan yang baik. Teknik makan secara perlahan-lahan juga akan membuat perut tidak terganggu dan terisi bertahap hingga maksimal, dan ini penting untuk diperhatikan karena terlalu buru-buru dalam menyantap buah-buahan juga akan mengganggu pencernaan sekaligus mencegah gula darah naik secara drastis ketika menyantap buah-buahan yang manis secara sekaligus. Sebagian ahli food combining tersebut menganjurkan pilihan buah-buahan seperti papaya, apel, pir atau nanas yang tidak terlalu asam dalam jumlah normal, yang menurut perhitungan gizinya bisa mencapai 125-150 kalori, sama dengan 3-4 sendok makan nasi dengan telur atau sebutir donat. Selain buah sebagai menu tambahan utamanya, alternatif lain seperti telur rebus atau tahu dan tempe juga bisa dijadikan pilihan, sementara nasi sebenarnya dalam teori food combining hanya dianjurkan dalam porsi sedikit dan secukupnya saja, begitu pula dengan lauk utama seperti daging dalam jumlah tak berlebihan dan lebih dianjurkan untuk mengkonsumsi daging ikan ketimbang yang lain, dan sayur-sayuran dan air putih jelas tidak boleh ditinggalkan.
Di saat berbuka tubuh akan memerlukan penganan yang mengandung gula namun tidak dalam jumlah berlebihan. Makanan ringan yang manis bisa menjadi pilihan namun tidak dianjurkan dalam jumlah terlalu banyak. Teh herbal atau pemanis murni seperti madu sering dimasukkan ke dalam food combining oleh para ahlinya untuk pilihan makanan berbuka. Setelah makan yang manis-manis tadi, sebaiknya pencernaan diistirahatkan sejenak sebelum memulai makanan utama karena hal ini dibutuhkan untuk penyesuaian aktifitasnya.

         Perbedaan food combining di saat kita tidak berpuasa memang memiliki sedikit perbedaan dengan di saat berpuasa karena terjadinya perubahan waktu makan tersebut namun pola pemilihannya sendiri tidak harus begitu jauh berubah, karena di saat berpuasa, tubuh juga akan sangat efisien menggunakan persediaan makanannya termasuk melakukan penghematan energi dimana menurut beberapa riset di saat-saat seperti ini tubuh hanya menggunakan sekitar seperempat persediaan protein, dan menggunakan lemak sebagai sumber energi bila persediaan glukosa telah menipis. Atas dasar inilah maka pemilihan menu makanan dan minuman sangat penting dijaga agar tubuh tidak menjadi kekurangan energi di saat kita melaksanakan ibadah puasa. (dr. Daniel Irawan)

Semoga bermanfaat.......