Rabu, 27 Juli 2011

INFO BEASISWA

INFO BEASISWA.....

1. Beasiswa Data Print

Persyaratan Umum:
1.  Pelajar/mahasiswa aktif dari tingkat SMP hingga perguruan tinggi
2.  Terlibat aktif di kegiatan atau organisasi sekolah/perguruan tinggi
3.  Tidak terlibat narkoba atau pernah melakukan tindak kriminal
4.  Tidak sedang menerima beasiswa dari perusahaan lain
Peraturan Lomba :
1.  Mengisi formulir registrasi di kolom Pendaftaran
2.  Satu nomor kupon yang terdapat di dalam produk DataPrint, hanya berlaku untuk satu kali registrasi
3.  Pendaftaran tidak dipungut biaya
4.  Isilah formulir dengan sebenar-benarnya.
5. Untuk kolom nilai raport, isi total nilai secara keseluruhan beserta jumlah mata pelajaran.
Contoh: 98 dari 7 mata pelajaran
6.  Tuliskan nama sekolah atau perguruan tinggi tempat kamu belajar saat ini di kolom nilai/IPK terakhir.
7.  Buat karya tulis dengan tema yang diminta sepanjang minilam 100 kata dan maksimal 500 kata. Tema akan berubah setiap periode. Jenis tema akan diumumkan setiap tanggal 1 di periode tersebut.
8.  Beasiswa akan dibagi menjadi 2 periode.
9.  Jika gagal di periode pertama, peserta BOLEH mendaftarkan diri di periode selanjutnya.
10.  Penerima beasiswa yang telah mendapat dana beasiswa di satu periode TIDAK DAPAT menjadi penerima beasiswa di periode selanjutnya.
11.  Waktu per periode:
Periode 1: 1 Maret  – 31 Juli
Periode 2: 1 Agustus – 31 Desember
12.  Perincian pemenang per periode sebagai berikut:
PERIODE JUMLAH PENERIMA DANA BEASISWA
@ Rp 1.000.000 @ Rp 500.000 @ Rp 250.000
Periode I 50 orang 50 orang 250 orang
Periode II 50 orang 50 orang 250 orang




13.  Penerima beasiswa akan diseleksi (bukan diundi) oleh tim dari DataPrint.
14.  Penerima beasiswa akan dihubungi oleh pihak DataPrint.  Simpan fotokopi raport terakhir atau IPK terakhir dan kupon sebagai bukti sah verifikasi jika Anda terseleksi sebagai penerima dana beasiswa.
15.  Dana beasiswa akan diberikan sekaligus dan secara langsung kepada penerima di periode tersebut.
16.  Dana beasiswa akan diberikan dalam jangka waktu paling lambat satu bulan setelah pengumuman dan selesainya pemberkasan dari para penerima beasiswa.
17.  Penerima beasiswa TIDAK DIKENAI biaya apa pun terkait dengan pelaksanaan program ini.
18.  Penerima beasiswa akan diumumkan di website DataPrint www.dataprint.co.id ,  page Facebook DataPrint www.dataprint.co.id/facebook dan www.beasiswadataprint.com setiap tanggal 1 di periode berikutnya.
Total Hadiah Beasiswa
100 beasiswa @ Rp 1.000.000
100 beasiswa @ Rp 500.000
500 beasiswa @ Rp 250.000


2. Beasiswa AFIM 2011/2012





Rabu, 06 Juli 2011

Penatalaksanaan Gizi Buruk di Masyarakat

Kasus anak yang ditelantarkan bahkan ditinggalkan orang tuanya, karena kemiskinan atau ketidakmampuan orangtua dalam memberikan nafkah anak merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi dan gizi buruk pada balita. Keadaan ini masih menjadi persoalan yang sering mencuat di media televisi dan koran

.

Keadaan Gizi
Sampai saat ini 76,4 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hampir miskin, serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau. Menurut Susenas tahun 2005 angka prevalensi gizi kurang  anak balita  28%, dan  di antara angka tersebut  8,8 % menderita gizi buruk.
Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 13,0 %. Walau prevalensi gizi kurang  menurun namun anak yang stunting ( pendek) masih cukup tinggi 36,8% yang berarti pernah menderita kekurangan gizi.  Sedangkan Prevalensi gizi buruk  5,4 %.
Keterangan lebih lanjut diperkirakan masih ada yang tidak terlaporkan (under reported), wajarlah bila kerap terdapat pemberitaan adanya kasus gizi buruk disana – sini.

Penyebab Gizi Buruk
Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang. Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah, seperti ibu yang sibuk bekerja di hutan/ladang sehingga anak  tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan). Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti  memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis.
Gizi buruk sangat berhubungan dengan penyakit infeksi, hal ini dapat digambarkan seperti telur dan ayam. Mana yang lebih dulu terjadi tidaklah perlu dipersoalkan, yang terpenting adalah segera menanggulangi keadaan tersebut. Cara termudah untuk mendeteksi status gizi di masyarakat dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di Posyandu.
Status gizi balita dipantau dengan KMS yang saat ini sudah diperbaharui dengan membedakan antara KMS untuk anak perempuan dan anak laki-laki. Tidak hanya status gizi yang dapat dilihat pada grafik/alur  di KMS  tetapi pertambahan berat badan setiap bulan yang harus dipenuhi bisa menjadi patokan bagi orang tua, keluarga dan kader serta petugas kesehatan.

Banyak orang tua, pemangku kepentingan kurang menyadari bahwa dengan memperhatikan gizi anak sejak dalam kandungan adalah investasi luar biasa bagi kepandaian anak bangsa. Usia balita adalah masa emas yang tidak akan berulang dalam kehidupan manusia. Pertumbuhan sel otak terjadi sangat dominan pada masa tersebut, oleh karenanya perlu upaya dalam menanggulangi keadaan gizi buruk ini secara bersama.
Sifat gotong royong yang ada pada masyarakat perlu ditumbuhkan kembali. Tidak terbatas pada masyarakat saja, tetapi kepedulian dari sektor swasta dan pemerintah daerah secara terpadu diharapkan dapat menekan prevalensi gizi buruk.
Potensi yang ada di masyarakat serta hasil bumi baik dari laut maupun daratan dapat menjadi  sumber gizi yang baik apabila dikelola secara seksama. Pemanfaatan pekarangan disekitar rumah menjadi lahan produktif, lingkungan sekitar rumah bersih dan asri, penyediaan air bersih. Sarana prasana seperti jalan penghubung untuk membuka keterisolasian daerah adalah faktor pendukung tidak langsung untuk memperbaiki status gizi balita. Hal ini pastinya akan mendatangkan keuntungan bagi kesehatan anak-anak balita.
Selain itu, bagaimana cara merawat balita agar tidak mudah sakit, menyediakan makanan sehat dengan gizi yang seimbang dan pemantauan tumbuh kembang balita, dapat diperoleh dengan berbagai cara. Yang paling sederhana adalah berkonsultasi pada petugas gizi dan kesehatan  yang berada di Poskesdes, Pustu, dan Puskesmas
Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin menimbang berat badannya ke Posyandu. Apabila 2 kali berut-turut berat badan tidak naik, orang tua dan kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya. Yang menjadi permaslahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara rutin (D/S) untuk menimbang berat badannya.
D= jumlah balita yang datang ke posyandu menimbangkan BB;
S = jumlah seluruh balita di wilayah tertentu.
Deteksi juga bisa dilakukan melalui survey, dan diharapkan masyarakat setempat secara sederhana dapat melakukan survey. Diawali dari kelompok dasa wisma (keluarga persepuluhan) yang pernah dikembangkan di tahun 1985-an, di tingkat RT lebih luas lagi, di RW /dusun dan seterusnya. Survey dapat dilakukan oleh kader yang telah dilatih untuk mengetahui bagaimana tanda-tanda anak gizi buruk dan anak yang sakit.

Pemulihan Gizi di Masyarakat
Daerah yang bisa dijadikan contoh mekanisme penemuan gizi buruk sampai dengan pemulihan di masyarakat, adalah Kab Gorontalo, Boalemo, Kab Belu, Kab Sambas. Kader atau siapapun yang dapat mengidentifikasi gizi buruk segera melaporkan ke poskesdes dan selanjutnya dikirim ke Puskesmas/RS.
Setelah berada di tempat pelayanan kesehatan, status gizi anak ditentukan telebih dahulu dan perlu dicek apakah anak balita tersebut menderita penyakit infeksi atau tanda bahaya seperti syok, kuning pada kulit dan mata, sesak nafas, suhu tinggi, edema atau perubahan kondisi mental. Balita dengan penyakit infeksi dan adanya tanda bahaya biasanya perlu dirawat di RS sampai sembuh. Pada keadaan ini tidak secara otomatis status gizinya normal, anak balita ini masih memerlukan perawatan tahap demi tahap di puskesmas. Puskesmasnyapun yang telah menyediakan perawatan penderita gizi buruk atau disebut Pusat Pemulihan Gizi dalam bahasa Inggris dikenal dengan Therapeutic Feeding Center  (TFC) .
Pusat Pemulihan Gizi berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk secara intensif di suatu tempat/ ruangan khusus dan ibu/ keluarga ikut aktif terlibat dalam perawatan anak gizi buruk. (Catt diberi lingkaran)
PPG dapat dikembangkan dengan kegiatan pelayanan gizi lainnya yang tidak terbatas pada pelayanan anak gizi buruk. Penyelenggaraan PPG dapat memanfaatkan fasilitas bangunan yang sudah ada di puskesmas perawatan/ rumah sakit atau membuat bangunan khusus/ baru.

SYARAT PEMBENTUKAN
PPG dapat dibentuk bila dalam satu wilayah kecamatan memenuhi kriteria sebagai berikut:
  1. Global Acute Malnutrition (GAM) atau Prevalensi gizi kurang akut > 20%
  2. GAM/ Prevalensi gizi kurang akut antara 10-19,9% dengan faktor penyulit seperti adanya bencana baik alam maupun non alam.
Biasanya anak balita dengan gizi buruk dirawat di tempat ini antara 2-3 bulan. Waktu ini dimanfaatkan untuk wahana pendidikan bagi ibu balita. Disini ibu balitapun menginap sambil bagaimana merawat anak balitanya, cara memasak dengan pemberian makanan mengandung tinggi kalori dan protein dengan aneka bahan makanan setempat sehingga kekurangan BB terpenuhi dan dapat meningkatkan tinggi badan.
Dalam pemantauan selama masa perawatan di   TFC dinyatakan sembuh, anak dikembalikan dalam keluarga untuk dilanjutkan pemulihan status gizinya sehingga  tidak kembali jatuh ke keadaan semula.
Konsep pembentukan Pos Pemulihan Gizi atau Community Feeding Center (CTC) adalah upaya masyarakat untuk  memantau atau merawat anak balita. Rujukan balik dari Puskesmas agar status gizinya tetap normal.  Pos Gizi  ini merupakan salah satu  kegiatan pengembangan Posyandu (Posyandu Plus).
Idealnya bila diketahui penyebab utama dari adanya balita gizi buruk kelompok masyarakat secara bersama bergotong royong menekan penyebab masalah gizi. Masyarakat diharapkan dapat memobilisasi kemampuan yang ada disekitarnya untuk penanggulangan Gizi Buruk . Bila terjadi karena factor kemiskinan keluarga yang mampu bisa menjadi orang tua asuh, mencari peluang kerja untuk orang tuanya. Berbagai sector pemerintahan dengan berbagai program dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan bisa  dipadukan.
Jumlah Pos Pemulihan Gizi ini masih terbatas jumlahnya bila dapat dikembangkan lebih banyak lagi di daerah diharapkan punya daya ungkit pada status gizi balita. ▄(Andewi – Setditjen)

 Sumber : Kementrian Kesehatan Indonesia http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/816#more-816